Pertanyaan:
Izin bertanya ustadz. Apakah rambut rontok wanita termasuk aurat? Apabila iya, bagaimana perlakuan bagi rambut yang rontok tersebut?
Jawaban:
Alhamdulillahi was shalatu was salamu ‘ala Rasulillahi wa ‘ala alihi wa shahbihi wa man saara ‘ala nahjihi ila yaumil qiyamati. Amma ba’du.
Sebagian ulama mewajibkan atau menganjurkan untuk mengubur atau menyembunyikan rambut rontok wanita. Terdapat sebuah hadits dalam masalah ini, dari Qabishah bin Dzuaib radhiyallahu’anhu, diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
ادفِنوا شُعورَكم وأظفارَكم ودماءَكم لا يلعبُ بها سَحَرةُ بني آدمَ
“Kuburlah rambut-rambut kalian, kuku-kuku kalian, serta darah-darah kalian! Agar para tukang sihir dari kalangan Bani Adam tidak mempermainkan rambut, kuku dan darah tersebut.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam al-Majruhin (2/498), namun beliau mengatakan: “Dalam sanadnya terdapat al-Yaman bin ‘Adi, ia sering keliru namun tidak parah kekeliruannya. Haditsnya tidak bisa menjadi hujjah jika bersendirian.” Sehingga hadits ini dha’if. Hadits ini juga didhaifkan oleh adz-Dzahabi dalam Mizanul I’tidal (4/460).
Juga terdapat riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah:
وَقَالَ مُهَنَّا: سَأَلْت أَحْمَدَ عَنْ الرَّجُلِ يَأْخُذُ مِنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ أَيَدْفِنُهُ أَمْ يُلْقِيهِ؟ قَالَ: يَدْفِنُهُ، قُلْت: بَلَغَك فِيهِ شَيْءٌ؟ قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ يَدْفِنُهُ. وَرُوِّينَا عَنْ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ أَمَرَ بِدَفْنِ الشَّعْرِ وَالْأَظْفَارِ، وَقَالَ: لَا يَتَلَاعَبُ بِهِ سَحَرَةُ بَنِي آدَمَ
“Muhanna berkata, “aku bertanya kepada Imam Ahmad tentang seseorang yang memotong rambutnya dan kukunya, apakah sebaiknya dikubur atau dibuang saja?” Imam Ahmad menjawab, “sebaiknya dikubur”. Muhanna bertanya lagi, “apakah ada dalilnya?” Imam Ahmad menjawab, “Ibnu Umar biasa melakukan mengubur rambut dan kukunya.” Dan juga diriwayatkan dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan untuk mengubur rambut dan kuku, dan beliau berkata, “Agar para tukang sihir dari kalangan Bani Adam tidak mempermainkan rambut tersebut.”.” (Al-Mughni karya Ibnu Qudamah, 1/66).
Hadits yang beliau bawakan telah kita jelaskan kelemahannya. Adapun atsar dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu dalam masalah ini belum kami dapati sanadnya dan informasi validitasnya.
Maka wallahu a’lam, pendapat yang nampaknya lebih tepat, tidak wajib dan tidak dianjurkan untuk menguburkan karena tidak ada dalil yang mendasarinya. Syaikh Abdul Aziz bin Baz ketika ditanya tentang hal ini, beliau mengatakan:
ليس لهذا أصل، ولا حرج أن تلقى هذه الأشياء في القمامة، سواء كانت من الشعر أو من الأظفار كل ذلك لا حرج فيه، مع القمامة أو في أرض تدفن فكل ذلك لا بأس به
“Anjuran ini (mengubur rambut dan kuku) adalah perkara yang tidak ada asalnya. Tidak mengapa membuang rambut dan kuku wanita di tempat sampah, ini semua tidak mengapa. Baik tempat sampah yang ada di atas tanah atau yang dikubur dengan tanah, ini semua tidak mengapa.” (Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/13122)
Namun andaikan seseorang ingin menguburkan rambut dan kukunya pun tidak terlarang. Selama tidak dianggap bagian dari agama atau perkara yang afdhal, sedangkan tidak ada dalil shahih yang mendasarinya. Semoga Allah ta’ala memberi taufik.
***
Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/39059-apakah-rambut-yang-rontok-harus-dikubur.html